Page Nav

HIDE

Ads Place

Jangan Menjadi Sarjana Kertas

Wisuda Uhamka WartaMu.com - Bermula dari meminjam kalimat  sebuah status WA seorang mahasiswa seperti tertera di atas. Kalimat terseb...

Wisuda Uhamka
WartaMu.com - Bermula dari meminjam kalimat  sebuah status WA seorang mahasiswa seperti tertera di atas.

Kalimat tersebut sungguh mengejutkan bagi saya selaku praktisi pendidikan, sehingga saya tergelitik untuk mencoba mengartikan maksud dari kalimat tersebut sehingga saya jadikan kalimat tersebut sebagai judul cukilan tulisan ini.

Kali ini saya memulai dari data empiris yang dikeluarkan oleh BPS bahwa sampai dengan Pebruari 2018 angka pengangguran kita sebesar 5,13% atau setara dengan 7 juta sampai dengan 8 juta penganggur. Namun tingkat pengangguran tersebut masih cukup besar dibandingkan dengan jumlah pengangguran yang terjadi di negara malasyia, brunai dan singapore.

Kondisi sebaliknya bahwa tenaga kerja di Indonesia yang terserap bekerja di sektor informal maupun non formal berkisar 130 jt an. Namun hal ini sangat miris apabila dilihat dari tingkat pendidikan, bahwa jumlah tenaga kerja sebesar itu masih didominasi oleh tenaga kerja dari lulusan SD,  SMP dan SMA/ SMA. Muncul pertanyaan,  kemana para sarjana,  dimana mereka, kemana para lulusan? Rata-rata perguruan tinggi sudah meluluskan antara 700.000 sampai dengan 800.000 orang tiap tahunnya?

Marilah ada baiknya kita berinstropeksi diri dari kondisi di atas.

1. Barangkali apakah masih ada yang belum pas dengan sistim pendidikan perguruan tinggi. Seperti terlalu banyaknya aturan dan regulasi dari regulator sekaligus berlaku sebagai eksekutor menjadikan fungsi dualisme tersebut tidak jelas benang merahnya. Perguruan tinggi dituntut untuk mematuhi segala macam aturan main yang harus dipatuhinya sehingga mereka sedikit banyaknya mengurangi porsi fokus pada peningkatan mutu hasil pada kelulusan mahasiswa.

2. Masih sedikitnya hasil di bidang riset dan teknologi yang  benar-benar ditindaklanjuti unruk selanjutnya dapat digunakan dunia industri dan usaha.

3. Masih kecilnya tingkat peran mahasiswa yang *melibatkan diri* atau dilibatkan dalam suatu project riset dan teknologi.

4. Masih sedikitnya perguruan tinggi yang fokus dan bersedia menyediakan infrastruktur dalam meningkatkan mutu dan kompetensi keahlian bagi mahasiswanya yang sesuai dengan kebutuan dunia usaha dan dunia kerja.

5. Meyambung point 4, maka menjadi penting keberadaan Lembaga Sertikasi Profesi (sesuai dengan perkembangan zaman kekinian) dalam mendorong dan meningkatkan kompetensi kelulusan mahasiswa  untuk siap berkompetisi di dunia usaha atau kerja.

6. Masih banyaknya keinginan dari mahsiswa pilih-pilih dalam memilih untuk melamar, mengambil dan menciptakan lapangan kerja menjadi salah satu faktor masih tingginya angka pengangguran dari para lulusan sarjana, dengan berbagai alasan, seperti malu, gengsi dan persepsi tidak sesuainya antara kelulusan pemilihan studi dengan lapangan kerja yang tersedia.

7. Relevansi kepandaian intelektual, sosial dan spiritual masih diperlukan dan harus menjadi satu kesatuan berkelanjutan untuk diterapkan dalam segala aspek pendidkan. Adanya unsur pendidikan agama dalam transformasi keilmuan dan teknologi kepada mahasiswa maka membentuk karakter lulusan yang bersendikan ketakwaan dan keimanan.

Semoga *Anak-Anak Kita Bukan Menjadi Sarjana Kertas*, sehingga mereka lebih siap mengarungi kehidupan berkompetisi dalam dunia usaha atau dunia kerja, Aamiin YRA.
Wallahu alam bissawab

Jakarta, Senin 17/06/2019
Deni Nuryadin
Dosen & Direktur Lazismu Uhamka

Ads Place